Sabtu, 08 Oktober 2011

Makalah Kewirausahaan



KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa dan atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah “Enteprenuership” dengan baik. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk pengambilan sertifikat table manner.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis masih terbatas. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun kepada pembaca umumnya.



                                                                                    Jakarta, 06 Juli 2011




Penulis




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................      i    
DAFTAR ISI............................................................................................................      ii    
BAB I             PENDAHULUAN   
1.1  Latar belakang Permasalahan…………………………………         1
1.2 Tujuan Penulisan………………………………………………        1
BAB II            PEMBAHASAAN
                        2.1 Pengertian Kewirausahaan……………………………………         2
                        2.2 Contoh usaha kecil dan menengah yang sukses……………….          3
                                    2.2.1 PT Caladi Lima Sembilan (C59)…………………....         3
                                    2.2.2 Usaha Tahu Pom Lembang…………………………         5
                                    2.2.3 Batur Ulin…………………………………………..         7
BAB III          PENUTUP
                        3.1 Kesimpulan………………………………………………….          8
                        3.2 Saran………………………………………………………..          8




BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
Di antara makhluk hidup yang di ciptakan Tuhan Yang Maha Esa, manusia merupakan makhluk yang paling sempurna. Manusia membutuhkan pekerjaan agar memperoleh penghasilan untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Di antara manusia tersebut ada beberapa orang yang mendapat kesempatan dan mampu menciptakan lapangan kerja sendiri bahkan dapat membuka lapangan kerja untuk orang lain.
Dalam rangka pemerataan hasil-hasil pembangunan perlu lebih di tingkatkan dan diperluas usaha-usaha untuk memperbaiki penghasilan kelompok masyarakat yang mempunyai mata pencaharian rendah, seperti buruh tani, pedagang kecil, petani menggarap yang tidak memiliki lahan peternak kecil, nelayan, ataupun pengrajin.
Pengusaha golongan ekonomi lemah termasuk pengusaha informal dan tradisional perlu ditingkatkan dan dibina untuk meningkatkan kemampuan usaha dan pemasaran dalam rangka mengembangkan kewirausahaan, antara lain melalui pendidikan dan latihan serta penyuluhan dan bimbingan, dengan mengikut sertakan pengusaha besar dan menengah.
Dan kini pemerintah telah mengeluarkan kebijakan melalui penyediaan yang memadai untuk berbagai kemudahan dan bantuan seperti, kredit dan permodalan, tempat berusaha bimbingan teknologi cepat, dsb. Olehkarena itu, kini para masyarakat hanya saja perlu pengembangan usahanya, bagaimana cara pengelolaan barang-barang yang akan dibuat menjadi produk jual dan produknya itu dapat menarik hati konsumen.

1.2 Tujuan Penulisan
a.       Sebagai persyaratan pengambilan sertifikat dan tugas akhir (Skripsi)
b.      Menuangkan pengetahuan usaha yang telah kita kunjungi


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kewirausahaan
Istilah wirausaha diperkenalkan oleh Prof. Dr. Suparman Sumahamijaya pada tahun 1975 dengan menjabarkan dalam istilah aslinya yaitu entrepreneur, dalam arti mereka yang memulai usaha baru., menanggung segala resiko, dan mendapatkan keuntungan.
Kata “Wirausaha” merupakan terjemahan dari istilah bahasa inggris entrepreneur, yang artinya adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk melihat dan menilai kesempatan peluang bisnis. J. B. Say menggambarkan pengusaha sebagai orang yang mampu memindahkan sumber-sumber ekonomi dari tingkat produktivitas rendah ke tingkat produktivitas tinggi karena mampu menghasilkan produk yang lebih banyak.
Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Menurut dari segi etimologi (asal usul kata). Wira, artinya pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, gagah berani, berjiwa besar, dan berwatak agung. Usaha, artinya perbuatan amal, bekerja, berbuat sesuatu. Jadi, wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu. Wirausaha dapat mengumpulkan sumber daya yang di butuhkan guna mengambil keuntungan dari padanya, dan mengambil tindakan yang tepat guna untuk memastikan keberhasilan usahanya. Wirausaha ini bukan faktor keturunan atau bakat, tetapi sesuatu yang dapat dipelajari dan dikembangkan.
Dalam kewirausahaan perlu adanya pengembangan usaha, yang dimana dapat membantu para wirausahawan untuk mendapatkan ide dalam pembuatan barang-barang yang akan dijadikan produk yang akan dijual. Dalam proses pengembangan usaha ini diperlukannya jiwa seseorang wirausaha yang soft skill yang artinya  adanya ketekunan berani mengambil resiko, terampil, tidak mudah putus asa, mempunyai kemauan terus belajar, memberi pelayanan yang terbaik kepada konsumen, bersikap ramah terhadap konsumen, sabar, pandai mengelola dan berdo’a. karena semua usaha dan rencana tidak akan berhasil tanpa adanya ridho dari Allah SWT.

2.2  Contoh Usaha Kecil dan Menengah yang Sukses

2.2.1 PT Caladi Lima Sembilan (C59)
PT Caladi Lima Sembilan adalah perusahaan yang bergerak dalam industri garmen
khususnya T-Shirt sablon. Resmi berdiri pada tahun 1980, tepatnya 12 Oktober 1980,dirikan oleh pasangan  Marius Widyarto Wiwied dan Maria Goreti Murniati. Pada awalnya modal yang dimiliki perusahaan ini sangat terbatas, karena modal awal yang mereka gunakan untuk membuka usaha bukan hasil pinjaman dari bank, teman ataupun orang tua, melainkan dari hasil penjualan kado pernikahan mereka, sebesar Rp. 2,5 juta. Dengan hanya memiliki dua orang karyawan, sebuah mesin jahit dan satu mesin obras.
Nama C59 sendiri berasal dari alamat rumah, dimana Pak Wiwid, dan istrinya pertama kali tinggal, yaitu di Jalan “Caladi No.59, Bandung”. Alasannya sangat sederhana, yaitu agar pembeli lebih mudah apabila ingin memesan atau membeli lagi. Yang pada akhirnya dijadikan sebagai komitmen untuk memberikan layanan jasa terbaik, sesuai waktu dan kualitas yang diinginkan konsumen.
Model bisnis yang pertama kali dijalankan Pak Wiwid dan istrinya ini  adalah dengan melayani pesanan T-shirt bergambar (sablon) dari perorangan, sekolah-sekolah, perguruan tinggi maupun instansi Pemerintahan di Bandung. Pak Wiwid tidak hanya mendesai dan menyablon saja, tapi juga mengerjakan semuanya. Mulai dari menerima pesanan, membeli bahan, mencelup, menggunting, menyablon, menjahit, sampai mengemas. Walaupun pada saat itu pengerjaannya masih manual belum menggunakan computer.
Kemudian pada tahun 1985, C59  mulai menunjukan keunggulan dari segi bahan tshirt, jenis sablon, dan teknik pisah warna. Di samping itu C59 juga sangat memperhatikan kepuasan pelanggan, dengan dapat mengikuti secara langsung bagaimana desain kaus pesanan tersebut di buat. Dan ternyata pesanan perusahaan semakin meningkat.
Tahun 1986 C59 beroprasi dengan 20 mesin jahit. Dan pada tahun 1990, C59 semakin berkembang dengan membangun pabrik dan fasilitas modern. Bersamaan dengan di bangunnya took retail (showroom) yang pertama di jalan Tikukur No.10. Pada tahun ini pula penjualan C59 semakin meningkat dengan dengan omzet di atas  Rp 1 miliar.
Periode tahun 1993-1994 C59 berdiri secara sah sebagai perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dengan Bapak Marius Widyarto Wiwied sebagai
Direktur Utama (hingga saat ini), yang di lanjutkan dengan ekspansi ke beberapa kota di Indonesia dengan membuka Toko sendiri dan bekerjasama dengan Ramayana Department Store sebagai saluran distribusi ke Jakarta, Balikpapan, Yogyakarta, ujung Pandang, Lampung dan Malang.
Berikut ini Perkembangan dan Prestasi C59 dari tahu 1996 – 2008:
  1. Tahun 1996 PT.Caladi Lima Sembilan (C59) memperoleh penghargaan Upakarti untuk Kategori Usaha Kecil Menengah (UKM). Selain itu pada tahun 1999 PT.Caladi Lima Sembilan (C59) memenangkan penghargaan Internasional Merit Award untuk kategori tema Kalender terbaik (Best Calender Theme).
  2. Tahun 2000 ( 20 tahun C59) mulai memasarkan produknya ke Eropa Tengah (Ceko, Slovakia dan Germany). Sedangkan untuk mengembangkan pasar Lokal nasional, C59 menjalin kerjasama dengan Matahari Departement Store. Yang kemudian konsep serta varian Produknya mengalami perubahan. Yaitu dari “ Basic Shirt “ ( kaos oblong ) menjadi “ Fashion Apparel “ dengan segmentasi kalangan remaja usia 14 – 24 tahun.
  3. Tahun 2001, C59 memperoleh peringkat pertama dalam ajang penghargaan Enterprise 50 ( 50 UKM Nasional Terbaik ) yang di selenggarakan oleh Accenture dan majalah SWA.
  4. Tahun 2002-2003 PT. Caladi Lima Sembilan (C59) turut berperan dalam trend para kawula muda, dengan mengadakan “ C59 Street Fiesta ”, yang di selenggarakan di 3 kota besar di jawa, yaitu Bandung, Yogyakarta dan Surabaya.
  5. Tahun 2004 PT. Caladi Lima Sembilan (C49) sesuai dengan slogannya “Express Your Style”, C59 turut ambil bagian dalam mengekpresikan
    music anak muda dalam ajang “ Indonesian Idol “, bekerjasama dengan sebuah Televisi Swasta Indonesia (RCTI) dan Fremantle Media Enterprises,Ltd. ( penyelenggara acara reality show dari America)
  6. Tahun 2007 PT. Caladi Lima Sembilan (C59) mendapat penghargaan Hade Award dari Dinas Perindustrian Jawa Barat, dan KICK (Kreative Independent Clothing Komunity), sebagai pelopor perclothingan di Bandung Jawa Barat.
  7. Tahun 2008 PT. Caladi Lima Sembilan (C59) bekerjasama secara resmi dengan Dekranasda Kota Bandung, Ardan Management Group, Saung Angklung Udjo, Miing fellowship, dan SMK 14/SMSR.
Tekad, keberanian, kreatifitas dan keyakinan Pak Wiwid lah yang membuat usaha ini terus berkembang hingga saat ini. Dan sekarang, Pak wiwid tinggal menikmati hasil usaha yang telah di rintis bersama istrinya tersebut dengan omset ratusan juta rupiah perbulannya. (http://bisnisukm.com/di-balik-suksesnya-kaos-c59.html)

2.2.2 Usaha Tahu Pom Lembang
Jangan tertipu dengan lokasinya yang menyerupai SPBU, karena yang dijual di sini ternyata bukan bensin, melainkan tahu. Di awal tahun 2008, Perry Tristianto, pengusaha factory outlet (FO) dan rumah makan di Bandung, tertarik ingin mengembangkan tahu. “Di pelosok Nusantara ini, kan, tahu sangat mudah ditemukan, tapi rasanya begitu-begitu saja. Makanya beliau berencana membuat terobosan dengan menciptakan tahu dengan resep yang berbeda,” ujar Supervisor Tahu Lembang, Dede Arif Budiman (28).
Hal pertama yang dilakukan Perry adalah mencari campuran tahu yang bahannya tidak sulit ditemukan di kota tinggalnya. Setelah mencari, akhirnya dipilihlah susu sapi, salah satu produk yang terkenal di Lembang. Setelah diujicoba beberapa kali, kemudian dibukalah Tahu Susu Lembang (TSL) pada 22 Desember 2008. “Selain memproduksi susu, Lembang, juga merupakan kota tujuan wisata para wisatawan lokal. Tempat ini dekat dengan Tangkuban Perahu.Meski dicampur susu, bahan dasar tahu ini tetaplah kacang kedelai. Keduanya diolah bersama mentega, sehingga bisa menghasilkan susu dengan tekstur yang lebih halus dan lembut, serta mengandung protein yang sangat tinggi. "TSL membuat terobosan baru dengan menciptakan aneka resep tahu yang berbeda dan unik.
Dengan rasanya yang unik, TSL dapat dengan mudah menjadi makanan kesukaan warga Bandung dan sekitarnya. Belum lagi dengan konsep tempat dan cara transaksinya yang unik. Ketika memasuki wilayah TSL, pengunjung akan disambut layaknya memasuki area SPBU, tapi bertuliskan POM Tahu. Setelah dicek, ternyata itu drive thru TSL yang memang menyerupai SPBU, dan POM Tahu itu kepanjangan dari Pusat Orang Makan Tahu. “Banyak memang pengunjung yang terkecoh. Kami sebenarnya enggak berniat menipu, tapi trik ini ternyata cukup berhasil untuk menarik konsumen baru.
Setiap hari, TSL memproduksi tahunya di tempat. Jumlah produksinya sangat relatif, antara 5 ribu (hari biasa) hingga 20 ribu (hari libur) tahu. Harganya Rp 10 ribu untuk tahu goreng (isi 10), tahu bungkus, atau tahu bantal (isi 5), dan Rp 15 ribu untuk tahu cetak atau takus (isi 10).
TSL, tahu susu ini dapat diolah dalam beragam masakan (rebus, oseng, dan lainnya), jadi tidak hanya digoreng saja. “Kami buat tekstur berbeda untuk tahu yang digoreng di tempat dengan yang mentah. Untuk yang dimakan di sini (goreng) tahunya lebih lembek, tapi keduanya sama-sama lembut. Jika ingin mendapatkan tahu goreng yang crispy atau renyah, konsumen harus menggoreng tahu dengan minyak bersuhu panas tinggi. “Usahakan tahunya tergenang di dalam minyak. Tahu susu ini sudah asin, jadi tidak perlu direndam dengan air garam lagi.”
Lokasi TSL sangatlah luas. Lahan 2 hektar yang awalnya sebuah kandang kuda itu tidak hanya diisi POM Tahu, tempat produksi, toko oleh-oleh, dan lokasi outbound saja, tapi ada juga sekitar 10 kios yang menjual aneka olahan TSL. Seperti kios kupat tahu lembang, tahu brintik, tahu mendoan, tahu pletok, tahu kecap, batagor tahu, kembang tahu, tahu krispi, dan masih banyak lagi.
Kemasan Brownies
Tak hanya memikirkan soal rasa, kemasan TSL juga diusahakan tampil semenarik mungkin. Selain untuk menambah nilai jual, juga agar sesuai dengan harganya yang relatif mahal dibandingkan tahu yang ada di pasaran. Pilihan pun jatuh pada kemasan kue brownies untuk tahu cetak dan besek bambu untuk tahu bantal. Suasana drive thru Tahu Susu Lembang. Tahu baru akan digoreng jika ada yang memesan agar selalu hangat Sementara ini, TSL tidak membuka cabang di mana pun selain di Jl. Raya Lembang No.177, Bandung. Pemiliknya ingin mempatenkan resep produknya dulu. Secara legal, ini untuk mengantisipasi agar nasib TSL tidak sama seperti tahu sumedang, yang bisa diproduksi di mana saja.

2.2.3 Batur Ulin
Usaha Batur Ulin menghasilkan berbagai macam kerajinan, seperti angklung, tas, pajangan dan mereka menjual madu asli  yang memanfaatkan limbah dan kekayaan alam yang ada di sekitarnya. Penduduk di sana sangat menjaga ke kayaan alam yang ada di sekitarnya.


BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam kewirausahaan perlu adanya pengembangan usaha, yang dimana dapat membantu para wirausahawan untuk mendapatkan ide dalam pembuatan barang-barang yang akan dijadikan produk yang akan dijual. Dalam proses pengembangan usaha ini diperlukannya jiwa seseorang wirausaha yang soft skill yang artinya  adanya ketekunan berani mengambil resiko, terampil, tidak mudah putus asa, mempunyai kemauan terus belajar, memberi pelayanan yang terbaik kepada konsumen, bersikap ramah terhadap konsumen, sabar, pandai mengelola dan berdo’a. karena semua usaha dan rencana tidak akan berhasil tanpa adanya ridho dari Allah SWT.

3.2 SARAN
Ø  Tetap mempertahankan kualitas prodak dan memberikan pelayanan yang lebih baik lagi.
Ø  Selalu menginovasi produk agar dapat menarik konsumen lebik banyak lagi.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar